RS Kewalahan Rawat Korban, Perang Sudan Makin Memburuk

Anonimos
0

 

 


KHARTOUM – Situasi peperangan buntut perebutan kekuasaan di Sudan
kian mengkhawatirkan. Bom-bom meledak. Baku tembak terdengar. Asap hitam
mengepul di langit Khartoum. Total korban jiwa diperkirakan sudah lebih
dari 100 orang dan 942 orang luka-luka. Jumlah itu kian bertambah
setiap hari sejak perang meletus.


Sejatinya, kedua pihak yang bertikai sepakat untuk gencatan senjata
beberapa jam pada Minggu (16/4) untuk mengevakuasi korban luka. Namun,
baku tembak tidak berhenti. Utusan Khusus PBB untuk Sudan Volker Perthes
menyatakan kecewa karena kubu militer maupun paramiliter Pasukan
Dukungan Cepat (RSF) tidak mematuhi kesepakatan.


Sebelumnya, Khartoum tidak pernah menjadi medan utama pertempuran.
Tak ayal, penduduk setempat pun panik. Mereka terjebak di rumah
masing-masing tanpa stok makanan dan kebutuhan penting lainnya. Padahal,
baku tembak antara militer dan RSF sudah memasuki hari ketiga. Hingga
kemarin, belum ada tanda-tanda bakal berakhir.



’’Ini kali pertama dalam sejarah Sudan, terjadi tingkat kekerasan
seperti ini di pusat, di Khartoum,’’ terang analis Sudan Kholood Khair
seperti dikutip Agence France-Presse.


Pertempuran kemarin berpusat di Istana Republik, gedung komando
militer, dan Bandara Internasional Khartoum. Otoritas Penerbangan Sipil
Sudah menutup wilayah udara setelah pertempuran terjadi di area bandara.
Baku tembak juga terjadi di kota-kota sekitar Khartoum. Kedua pihak
berusaha menguasai fasilitas-fasilitas utama di ibu kota dan sekitarnya.


Saat ini, militer maupun RSF saling klaim menguasai markas besar
Sudan Broadcasting Corporation di Omdurman. Kubu militer menyatakan,
mereka telah merebut kembali kompleks tersebut dari RSF. Sedangkan kubu
RSF kemarin merilis sebuah video di halaman Twitter mereka yang
memperlihatkan salah satu gerbang kompleks gedung penyiaran itu dan
mengklaim mengendalikannya.


 


Alyona Synenko dari Komite Palang Merah Internasional (ICRC)
mengatakan, pertempuran yang sedang berlangsung di penjuru Sudan membuat
rumah sakit kewalahan. Situasi penduduk sipil kian memburuk.
’’Prioritas saat ini adalah mendapatkan akses bagi petugas kesehatan
seperti tim responden pertama agar mereka dapat memberikan perawatan
darurat bagi yang terluka,’’ terang Synenko kepada Al Jazeera.


Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa
beberapa rumah sakit di Khartoum yang merawat warga sipil mulai
kehabisan stok darah, peralatan transfusi, cairan infus, dan persediaan
vital lainnya. Komunitas internasional menyerukan agar kedua pihak
saling menahan diri dan berdialog.


Direktur Kantor Komisi Uni Afrika Mohamed El Hassan mengungkapkan,
Dewan Perdamaian dan Keamanan Uni Afrika mengadakan pertemuan darurat di
Addis Ababa. Mereka memutuskan meminta Presiden Komisi Moussa Faki
Mahamat untuk datang ke Khartoum guna mengupayakan pertempuran segera
berhenti tanpa syarat apa pun. Kedua pihak yang berkonflik duduk di meja
perundingan.


Sekjen PBB Antonio Guterres memperingatkan eskalasi pertempuran akan
semakin memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah genting di negara
tersebut. Demikian juga Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken. Dia juga
mendesak kedua pihak yang bertikai untuk menghentikan kekerasan
secepatnya dan memulai pembicaraan.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)